Ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang digunakan berukuran 100-120 g
diberi kombinasi perlakuan cara mati (mati ditusuk dan menggelepar) serta penyiangan
(disiangi dan tanpa disiangi). Ikan disimpan pada suhu chilling (0-5oC) dengan menggunakan perbandingan es
curai dan ikan yaitu 1:1 selama 12 hari. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk
mengetahui perubahan mutu ikan pasca kematian. Pada penelitian utama dilakukan
pengukuran tingkat kesegaran ikan dengan parameter uji organoleptik, uji total volatil base (TVB), total plate count (TPC), dan pH.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses kemunduran mutu ikan
nila dengan perlakuan A1B2 (mati ditusuk, penyiangan) pada
penyimpanan suhu chilling (0-5oC)
berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan A1B1 (mati ditusuk,
tanpa penyiangan), A2B1 (mati menggelepar, tanpa penyiangan), dan A2B2 (mati
menggelepar, penyiangan). Perlakuan cara
mati ditusuk dan penyiangan merupakan cara yang efektif untuk memperlambat proses kemunduran mutu ikan nila
sehingga masa simpannya lebih lama.
Berdasarkan hasil uji obyektif (TPC, pH, dan
TVB) dan subyektif ikan nila perlakuan A1B2 (mati ditusuk, penyiangan) dan A2B2
(mati menggelepar, penyiangan) dapat dikonsumsi sampai pada hari ke-10. Sedangkan A1B1 (mati ditusuk, tanpa
penyiangan) dan A2B1 (mati menggelepar, tanpa penyiangan) dapat dikonsumsi
sampai pada hari ke-8.